Peranan Mahasiswa: Diam dan semakin ditindas, atau bergerak untuk perubahan

 

Peranan Mahasiswa: Diam dan semakin ditindas, atau bergerak untuk perubahan


Sepanjang sejarah, pendidikan ikut mewarnai catatan peradaban. Mesir kuno dan Yunani kuno memiliki peradaban yang tinggi, karena pendidikannya yang maju. Bangsa di dunia yang pendidikannya berkembang lalu menjadi negara yang maju antara lain Jepang, Amerika dan Korea. Begitu pula Jerman dan Prancis yang memiliki basis pendidikan yang kuat hingga menjadi negara dengan tingkat kemajuan yang pesat. Di negara Jepang mereka sadar bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Hasilnya Jepang sekarang menjadi negara maju terdepan dalam percaturan ekonomi dunia. Menanggapi hal ini maka tak terelakkan lagi bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk membangun sebuah bangsa.

Namun sungguh ironi ketika melihat pendidikan di negara kita. Masalah pendidikan di Indonesia seolah tidak ada habisnya. Ketidakmerataan pendidikan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Padahal pendidikan itu sangatlah penting untuk masa depan bangsa. Sudah tertuang juga dalam pembukaan UUD 1945 yang menekankan bahwa pendidikan itu ialah hak segala bangsa. Oleh karena itu, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak tanpa terkecuali.

Dengan adanya pendidikan yang merata di seluruh elemen masyarakat, bisa menjadi modal bangsa Indonesia untuk menyongsong masa yang akan datang nanti. Kita tahu sendiri bahwa pendidikan itu adalah sektor yang sangat penting dalam suatu negara. Pendidikan bisa digunakan untuk penyiapan warga negara yang baik dan berkualitas, pendidikan untuk proses pembentukan pribadi warga negara, pendidikan sebagai proses penyiapan tenaga kerja yang, dan pendidikan juga sebagai proses transformasi budaya.

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara dan telah tercantum dalam UUD 1945. Idealnya setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan serta akses pendidikan yang layak dan merata. Namun realitanya, tidak semua anak bangsa mendapatkannya. Masih banyak problematika pendidikan yang ada di Indonesia. Seperti tidak meratanya pendidiakan di daerah pelosok desa, kurangnya akses pendidikan karena terkendala biaya, kurangnya tenaga didik untuk bisa menjangkau semua wilayah di Indonesia, dll. Masalah besar yang sering terjadi kurangnya akses pendidikan masyarakat di daerah pelosok karena minimnya fasilitas pendidikan dan terkendala biaya. Pemerintah kita seolah olah hanya mementingkan pendidikan di kota-kota besar. Bisa kita lihat sendiri bagaimana perbedaan kualitas pendidikan di pulau Jawa dengan pulau Papua, sangatlah jauh perbedaannya.

Selaian masalah di atas, masih ada masalah besar lagi yang setiap tahunnya tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah. Banyak sekali anak-anak harapan bangsa yang ingin menempuh pendidikan dengan layak tetapi kebanyakan impian mereka harus pupus karena terkendala biaya pendidikan yang mahal. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa pendidikan di Indonesia hari ini sudah menjadi komersialisai pendidikan. Dimana pihak-pihak penyedia pendidikan dan pemerintah malah lebih mengutamakan bisnis di bidang pendidikan daripada fokus memberi akses pendidikan gratis untuk generasi penerus bangsa ini nantinya.

Di lingkungan perguruan tinggi, masalah tersebut kerap sekali kita temui. Bahkan di UIN Sunan Kalijaga kampus kita ini, yang katanya kampus putih, kampus rakyat, tetapi nyatanya pada hari ini itu semua sudah tidak bisa kita rasakan. Kita lihat berapa banyak teman kita yang harus rela cuti kuliah bahkan putus kuliah karena tingginya biaya pendidikan. Dimanakah peran birokrat kampus dan pemerintah dalam mengatasi masalah seperti ini? Mereka seakan-akan hanya diam dan pura-pura tidak tahu jika ada banyak masalah seperti ini. Alih-alih memberikan akses pendidikan gratis, mereka dengan seenaknya malah menaikkan biaya pendidikan secara diam-diam. Bahkan hak-hak fasilitas pendidikan di kampus yang seharusnya kita dapatkan pun tidak terpenuhi. Banyak sekali kasus hak mahasiswa yang tidak terpenuhi, contohnya seperti kuota internet untuk perkuliahan daring sudah beberapa bulan tidak dikirimkan oleh pihak kampus. Dosen yang seharusnya mengajarkan materi dengan baik dan maksimal pun masih banyak yang tidak tercapai.

Bagaimana sikap kita sebagai mahasiswa dalam menyikapi masalah-masalah tersebut? Tentunya sebagai seorang mahasiswa kita mempunyai hak untuk menyuarakan kebenaran dan mengkritisi sesuatu yang tidak benar. Langkah awal yang bisa kita lakukan adalah kita harus saling menyadaran sesama bahwa pendidikan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Bisa kita mulai dengan memperbaiki sektor pendidikan di kampus kita sendiri. Kita bisa menyadarkan teman-teman kita bahwa apa yang dilakukan kampus pada hari ini adalah tidak benar, banyak hak-hak dari mahasiswa yang direnggut, banyak dari teman-teman kita yang dipaksa harus cuti kuliah bahkan putus kuliah karena tidak bisa membayar biaya pendidikan.

Sebagai seorang mahasiswa, yang katanya agen perubahan tentunya kita tidak boleh takut untuk menyuarakan kebenaran. Jika pihak kampus tidak menjalankan kewajibannya dengan benar, kita memiliki hak untuk mengkritisi dan menuntut hak-hak kita agar terpenuhi. Kalau bukan kita yang menegakkan kebenaran, mau siapa lagi? Semuamya bermula dari diri kita telebih dahulu. Jangan sampai ada kasus dimana teman kita terpaksa tidak melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya, kita bisa membantunya dan kita bisa mencegah agar hal tersebut tidak akan terjadi lagi.

Sebagai agen of social control, kita juga berperan dalam meninjau segala sesuatu yang berdampak pada kemaslahatan, terutama mahasiswa. Dimana jika pihak kampus mengeluarkan kebijakan yang merugikan mahasiswa, sudah pasti 100% tugas kita untuk menolak hal tersebut. Selain itu kita juga bisa berperan dalam pengawalan hak-hak mahasiswa supaya semuanya terpenuhi. Kita bisa berproses melalui pejabat intra kampus bahkan kita juga bisa melakukan hal tersebut secara pribadi. Harapan saya, semoga semakin banyak mahasiwa yang berani menyuarakan kebenaran dan nantinya akan menjadi generasi emas penerus bangsa ini. Panjang umur hal-hal baik.


Penulis : Alya Adianta 

Editor : Tim Manifesto

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Islam dan Gender (SIG) KOPRI Feminea PMII Rayon Aufklarung

Puisi "Sekelumit Senyum Kala Itu"