BERSATU BUKAN SATU SATU
Bersatu Bukan Satu Satu
Assalamulaikum Wr. Wb.
Pelatihan Kader Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau disingkat PKD PMII terkhusus yang diadakan oleh Rayon Aufklarung adalah pelatihan dasar bagi calon kader guna membentuk dan membangun kader yang unggul dalam intelektual, islamis dan nasionalis.Lalu untuk apa diadakan Pelatihan Kader Dasar ? Sebab PMII adalah sebuah wadah kosong yang tidak akan memberi kader-kadernya apapun dan tidak akan memberi sepeser pun karena itu baik buruknya PMII kedepannya ditentukan oleh kualitas dari kader-kadernya itu sendiri. Kader yang memiliki jiwa intelek, islamis dan nasionalis yang baik serta jiwa spiritual dan kebatinan yang apik pula, insyaallah akan menjadikan PMII sebagai wadah emas yang bersinar dimanapun. Karena itu Pelatihan Kader Dasar sangat berperan penting bagi menentukan arah dan tujuan PMII kedepannya nanti.
Sekilas mengenai rangkaian kegiatan Pelatihan Kader Dasar, kami beranjak dari UIN SUKA sekitar pukul 16.30 WIB sebab ada beberapa sahabat yang masih mengikuti kelas hingga jam 4, termasuk saya sendiri. Diperjalanan menurut saya pribadi terasa biasa saja, sebab hari sudah mulai gelap dan suhu sudah mulai merendah membawa hawa dingin dan kantuk, kami tiba di Pondok Pesantren Al-Qodir ba’da maghrib. Setelah tiba disana dan mengikuti serangkaian kegiatan pun saya merasa tidak ada yang spesial, seakan kegiatan terkesan monoton hingga tiba saatnya apel malam pertama. Pada kegiatan ini saya dan sahabat/i sempat merasa bingung apa yang akan kami lakukan, sebab kami bergandengan tangan satu sama lain dan dibawa ke suatu lapangan kosong. Setibanya disana kami membuat lingkaran dengan sebuah potongan tong berada di tengah lalu tiba-tiba datanglah Majelis A’la. Kami diberi didikan mental yang sangat keras, kami disebut mental tape, ya lembek seperti tape, kami diberikan beragam didikan mental yang memiliki inti agar kami melebur menjadi satu, melupakan dari mana kami berasal, siapa kami dan yang paling penting membuang kesombongan kami secara simbolis dengan membuang kertas berisi identitas diri kami lalu meludahinya sebagai simbol membuang kesombongan dari dalam diri kami sendiri.
Di hari pertama pun acara pada siang hari acara materi terkesan monoton, banyak peserta yang memilih untuk tidur dibandingkan mendengar materi dari pemateri. Hingga satu persatu dari kami mulai dipanggil oleh Majelis A’la untuk memaparkan materi yang telah kami terima, peserta yang masuk ke ruang Majelis A’la, dicuci habis oleh MA. Sejak hal ini terjadi peserta mulai serius dalam menerima materi dan bersungguh-sungguh belajar tetapi tetap saja ada beberapa materi yang sulit diterima. Dan kegiatan memaparkan materi dihadapan Majelis A’la ini berlangsung hingga semua peserta dinyatakan lolos, jika peserta dinyatakan gagal, maka peserta itu harus menunggu panggilan untuk mengulang presentasi mengenai materi yang dipaparkan di hadapan Majelis A’la lagi. Kegiatan pada malam kedua pun sama seperti pada malam pertama ditutup dengan apel malam atau bisa dibilang didikan mental oleh Majelis A’la.
Hari kedua malam ketiga adalah saat yang paling krusial. Kegiatan yang ada tidak sepadat hari pertama, kami tidur lebih cepat tetapi bangun lebih cepat pula. Kami dikumpulkan jam setengah 10 malam di ruang kegiatan, semua lampu dimatikan dan hanya ada sebuah lilin yang menyala ditengah keheningan malam, kami semua bersholawat sembari menunggu giliran nama kami dipanggil untuk mengikuti ujian sebelum pembaiatan. Satu demi satu nama dipanggil dan menuju ke lantai satu, sesampainya dilantai satu kami membasuh wajah dengan air kembang dan diberi satu buah permen yang katanya biar nggak ngantuk. Setelah itu sahabat/i berjalan mengikuti lilin, menelusuri sawah dan pedesaan hingga tiba di pos fasilitator dan ditanyai mengenai materi yang belum dipahami untuk diperdalam lagi pemahamannya sebelum memasuki pos Majelis A’la. Setelah matang akan pemahaman materi kami melanjutkan ke pos Majelis A’la, dari jauh sudah terdengar suara teriakan dan bentakan dari Majelis A’la, terdengar pula suara sahabat/i yang berorasi, yang menyampaikan komitmennya. Komitmen ? Ya, benar sebab komitmen itu penting adanya harus jelas apa komitmen kita setelah menjadi kader nanti, karena kita disini tidak untuk bermain-main, kita disini untuk berproses, kita disini sebagai penerus tongkat estafet Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Satu persatu dari kami pun lolos dari pos Majelis A’la dengan beragam komitnen lalu dilanjutkan ke pos Dewan Syuro, kami ditanya kembali mengenai kesiapan dan komitmen kami setelah itu mata kami ditutup menggunakan slayer yang telah kami bawa. Kemudian kami digiring entah kemana, yang saya tau suasana sakral dan hawa roh halus kian terasa kuat. Kami didudukan entah dimana, tak hentinya sholawat kami kumandangkan sebagai tameng pelindung dari hal-hal mistis. Seusai melakukan sholawat yang cukup lama menurut saya, ikat slayer kami dibuka dan membentuk lingkaran, disekitar kami ada Majelis A’la dan Dewan Syuro serta meja panjang lengkap dengan berbagai perlengkapan pembaitan diatasnya. Kami mengucapkan ikrar sakral dan dilanjutkan denga membasuh wajah kami dengan air kembang sebanyak 3 kali, mencium bendera kebangsaan Republik Indonesia dan juga bendera Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia lalu dilanjutkan dengan menandatangani kain putih dan kertas absen kami, setelah kegiatan pembaitan pada shubuh hari ketiga itu ditutup dengan berjabat tangan dengan sahabat/i kami meleburlah kami menjadi satu, membuang ego satu sama lain.
8-10-2018 Pukul 8.40 WIB lahirlah sebuah korps kecil yang baru saja membuang egonya dan melebur menjadi satu di Pondok Pesantren Al-Qodir. Ya, itulah kami Korps PARTIKEL, Pemuda Revolusioner yang Integratif Kritis Intelek. Setelah melalui perdebatan dan diskusi yang cukup panjang lahirlah kami Korp PARTIKEL. “Bersatu bukan satu-satu” itulah kami yang datang dari berbagai daerah, dari beragam suku dan budaya melebur disini, merapatkan barisan hingga rekat tanpa sekat. Ibarat sebuah partikel, jika ia sendiri, ia sangat kecil, tak terlihat dan tak bisa apa-apa tetapi jika partikel-partikel itu bersatu membentuk suatu kesatuan maka iya bisa menjelma menjadi sesuatu yang kokoh dan tak tergoyahkan. Didikan mental dan setiap hal kecil di Pelatihan Kader Dasar ini bukanlah tanpa makna tetapi sangat bermakna, menjadi pelajaran tersendiri bagi kami, sebuah Korp kecil yang baru saja terbentuk dari ego yang melebur.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salam Pergerakan….!!!
Oleh: M. Firman Maulana
Komentar
Posting Komentar