Kepenulisan part 1

SUDIKAH

Sudikah kau merajutku?
Aku adalah koyakan ditengah baju hijau kusam itu
Menjadikan malu hingga menghilangkan guna
"Koyakanku indah," kata ku lugas
"Dirimu menjijikan" kata sahabatku sambilan tertawa
Terasingkan ditahun hampa tanpa dialetika
Tergeletak lemah dalam balutan luka disamping gebyok bambu rumah tua
Hingga tuhan mencium bau kehinaanku
Terbisik ditelinga lelaki yang kusebut kepunyaanku
"ambil aku" rayuku membuatnya muak
"rajut aku dengan benang apapun yang kau punya" lanjutku
Benang nilon bekas terkulai lemas disamping kotoran kuda
Lelakiku merajut dengan kebisaanya
Sakit yang membuatku terbentuk
Menjadi utuh lalu tampak rapih kelihatannya
Hingga aku lupa, aku adalah koyakan yang telah tiada
Hingga
Pagi itu, nilonku kusebut penghianat
Pergi perlahan hingga aku harus terlihat (lagi)
Kritis hingga aku menyerah
Aku adalah koyakan yang pasrah
Lelakiku tak lagi perduli dengan segenggam lukaku
Ia temukan sebuah baju dengan warna tak hanya satu
Kuning hijau merah biru seperti tirai rasta
Aku adalah koyakan ditengah baju hijau lusuh itu
Tersingkirkan
Aku adalah koyakan ditengah baju hijau lusuh itu
Tugasku melindungi dadanya melindunginya
Angin malam begitu ganas untuknya, aku tak rela
Sengatan surya terlalu membunuh sejuk kulitnya
Dulu
Kini aku adalah koyakan yang tertutupi kainku sendiri
Ditengah ruang sendirian tanpa dialetika (lagi)
Melihat lelaki(ku) menari sambilan bersenandung bersama baju ramainya
Baju serba gunanya, baju serba bisanya
Aku adalah koyakan yang sudah tahu diri
Menjadikan tangisku menjadi tawa
Aku koyakan yang tau diri
Namun aku tak menjauh ,tetap diubin itu
Entah kapan tuhan dan waktu akan memusnahkanku
Pilihanku adalah menunggu
Kiranya seorang mau memungutku dan merajutku kembali
Atau sekiranya menunggu waktu
Waktu dimana dirimu ban baju baru kesayanganmu mengasihiku
Dan memusnahkan kepiluan dalam jutaan benangku.

Oleh: Shinta
Editor: Manifesto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Islam dan Gender (SIG) KOPRI Feminea PMII Rayon Aufklarung

Peranan Mahasiswa: Diam dan semakin ditindas, atau bergerak untuk perubahan

Puisi "Sekelumit Senyum Kala Itu"