Jawa dengan bahasa

MENJADI JAWA DENGAN BAHASA
Penulis : Dwi Kristanto
Email : dwikristan11@gmail.com

Perkembangan Bahasa Jawa
Sejak bertransformasi dari bahasa Jawa kuno yang belum mengenal “unggah-ungguhing basa” atau etika berbahasa yang baik sampai masa peralihan pada zaman kerajaan Hindu–Budha, tampaknya permasalahan bahasa jawa belum selesai begitu saja sampai saat ini. Penggunaan bahasa Jawa pada era perkembangan teknologi seperti sekarang ini cenderung memudar. Remaja yang seharusnya bisa diharapkan untuk melestarikan bahasa Jawa justru terpengaruh bahasa pergaulan. Bahkan yang sangat memprihatinkan lagi timbul kata-kata yang membuat para remaja malu berbahasa Jawa dengan ungkapan “kalau tidak berbahasa gaul kita akan dikatakan kampungan” inilah yang sekarang mempengaruhi remaja zaman sekarang. Hal semacam ini yang menjadikan etika berbahasa Jawa dan karakter remaja yang menurun. Apakah ada kaitannya antara bahasa Jawa dengan karakter remaja ?

Bahasa Jawa
Bahasa Jawa diperkirakan digunakan sejak tahun 804 Masehi. Hal itu terlihat dalam prasasti Sukabumi yaitu tahun 726 S. Prasasti ini ditemukan di kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Jawa Timur. Tulisan dalam prasasti tersebut ditulis dalam bentuk prosa. Isi dari prasasti ini mencakup tentang sajak, undang-undang hukum, kitab-kitab keagamaan . Pada saat itu masyarakat Jawa masih sangat terpengaruh dengan ajaran Hindu-Budha termasuk dalam hal berbahasa.
Perkembangan bahasa Jawa dari waktu kewaktu mengalami pasang surut dalam penggunaannya. Bahasa Jawa kuno yang digunakan belum mengenal tataran bahasa Jawa “ngoko dan kromo”. Walupun sebenarnya pada masa Jawa kuno masih dijumpai kata-kata penghormatan yang biasanya digunakan untuk menghormati orang yang lebih tinggi status sosialnya. Pada Zaman kerajaan Mataram bahasa Jawa berkembang sangat pesat. Pada saat itu bahasa Jawa sudah mengenal tataran bahasa “ngoko dan kromo” . Tentu banyak hal yang mempengaruhi itu salah satunya adalah kehidupan sosial pada masa itu yang sangat menjunjung nilai penghormatan. Setelah zaman kerajaan Mataram penggunaan bahasa Jawa terus mengalami kemunduran sampai saat ini.
Sebagai salah satu jenis bahasa yang ada di Indonesia, bahasa jawa banyak digunakan masyarakat khususnya masyarakat Jawa dalam berkomunikasi. Sudah menjadi pengetahuan umum didalam bahasa Jawa terkandung tata nilai kehidupan jawa seperti norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa seperti toleransi, kasih sayang, gotong royong, sopan santun, penghormatan, dan lainnya.
Bahasa Jawa dibagi menjadi tiga tingkatan bahasa yaitu ngoko (kasar), kromo madya (biasa),dan kromo inggil (halus). Dalam tingkatan bahasa ini, pengunaannya berbeda-beda sesuai dengan lawan yang diajak berbicara. Dalam kehidupan sehari-hari, ‘ngoko’ digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya atau orang yang lebih muda. ‘Kromo madya’ digunakan untuk berbicara dengan orang yang cukup resmi. “Kromo inggil” digunakan untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua. Di dalam bahasa Jawa tercermin adanya norma-norma susila, tata krama, menghargai orang yang lebih muda dan menghargai orang yang lebih tua. Oleh karena itu bahasa Jawa memiliki etika berbahasa yang baik untuk digunakan dan mencerminkan karakteristik bangsa. Tetapi jika kita perhatikan penggunaan bahasa Jawa sekarang ini cenderung memudar. Memudarnya penggunaan bahasa Jawa di lingkungan masyarakat tentunya disebabkan oleh beberapa faktor yang harus kita teliti lebih lanjut.

Penyebab Memudarnya Penggunaan Bahasa Jawa
            Remaja pada zaman sekarang cenderung terbawa arus perkembangan teknologi dan lebih memilih menggunakan bahasa gaul dalam berbicara. Saat ini remaja cenderung merasa malu dengan penggunaan bahasa Jawa dalam berbahasa sehari-hari.  Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya para remaja menganggap bahasa Jawa sudah ketinggalan jaman, tidak gaul, sulit, dan artinya juga membingungkan. Pada dasarnya perasaan malu dalam penggunaan bahasa Jawa yang timbul di kalangan remaja disebabkan oleh pergaulan antar teman yang juga merasa malu dalam penggunaan bahasa Jawa.
Keluarga khususnya orang tua termasuk faktor yang paling berpengaruh dalam perkembangan bahasa Jawa. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh anak. Orang tualah yang akan melestarikan budaya berbahasa Jawa ke anak-anaknya, sehingga anak-anak akan menerapkannya saat berbicara terutama kepada orang yang lebih tua. Nanun sebaliknya, orang tua justru mendidik anaknya dengan menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini telah terjadi pola penggunaan bahasa yang salah. Bahasa Jawa yang menjadi bahasa ibu oleh masyarakat Jawa justru tidak diajarkan sejak dini oleh orang tua kepada anak-anaknya. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang pada tingkatannya merupakan bahasa nasional dan bahasa internasional justru yang lebih ditekankan oleh oreng tua ketika mengajarkan anak-anaknya dalam berbicara. Tidak jarang orang tua mengguanakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan anaknya tetapi tetap menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi dengan orang lain. Jika semua orang tua melakukan seperti itu, maka dalam waktu yang singkat budaya berbahasa Jawa akan memudar.
Jumlah jam mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah hanya dua jam. Padahal materi muatan bahasa Jawa sama seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Konsep pembelajaran bahasa Jawa di sekolah saat ini cenderung kurang menarik di kalangan para siswa. Pembelajaran di sekolah saat ini hanya menerapkan sistem teori tanpa melaksanakan praktik. Padahal dengan mempraktikan para siswa diajak mengenal lebih dalam tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam bahasa Jawa. Selain itu, di sekolah seharusnya juga menerapkan peraturan berbahasa Jawa dalam pembelajaran dalam waktu tertentu untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap bahasa Jawa.

Efek Memudarnya Penggunaan Bahasa Jawa
            Dampak negatif dari adanya pendangkalan bahasa Jawa di kalangan remaja Jawa kini mulai terasa akibatnya. Banyak remaja yang tidak tahu penerapan sopan santun kepada mereka yang lebih tua, atau yang seharusnya dihormati. Lunturnya bahasa Jawa membuat kualitas budi pekerti dan tata krama para pemuda di Jawa semakin menurun. Karena cenderung tidak bisa berbahasa Jawa halus mereka lebih memilih berbahasa Indonesia yang dianggap lebih mudah.
Dari segi komunikasi memudarnya bahasa Jawa berakibat pada hilangnya etika berbahasa yang baik di kalahan remaja. Dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa kita dituntut bisa menggunakan tingkatan-tingkatan kata yang berbeda sesuai dengan kepada siapa kita berbicara. Hal tersebut juga bisa menumbuhkan karakter remaja utuk lebih menghormati seseorang. Tetapi remaja zaman sekarang para remaja justru lebih banyak menggunakan bahasa pergaulan yang sesungguhnya kurang mendidik karakter para remaja.
Dari segi budaya, memudarnya bahasa Jawa berakibat pada rendahnya perkembangan kebudayaan Jawa sebagai kekayaan budaya nasional. Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa selalu berkaitan dengan kebudayaan-kebudayaan Jawa. Di dalam kebudayaan Jawa peran bahasa Jawa sangatlah penting karena sebagai media berkomunikasi didalam penampilannya. Misalnya kethoprak dan wayang yang menggunakan bahasa Jawa untuk derdialog dengan lawan bermain dalam cerita. Memudarnya bahasa Jawa juga dapat mengancam kelestarian kebudayaan yang di dalamnya menggunakan unsur bahasa Jawa pelampilannya.
Selain itu, jika memudarnya penggunaan bahasa Jawa sangat mempengaruhi eksistensi kebudayaan lainnya akan menjadi ancaman lunturnya idententitas bangsa. Sebagai salah satu dari kekayaan nasional, budaya merupakan suatu ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman budaya yang tinggi di tiap daerahnya. Jika kita mampu untuk mengembangkan budaya, bangsa Indonesia tentunya akan lebih disegani oleh negara lain. Tetapi yang terjadi pada zaman sekarang jutru terbalik. Perkembangan budaya sekarang ini cenderung memudar. Jika dibiarkan, maka dalam waktu yang tidak lama lagi kita akan kehilangan berbagai macam budaya yang juga menjadi identitas suatu bangsa.
Jika dibiarkan, memudarnya penggunaan bahasa Jawa akan meninbulkan dampak yang sangat banyak. Mulai dari lunturnya etika berbahasa sekaligus karakter remaja sampai eksistensi kebudayaan Jawa sebagai kekayaan budaya bangsa. Diperparah dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa gaul dikalangan remaja yang seakan tidak dapat terhidarkan lagi sebagai salah satu dari efek perkembangan teknologi. Oleh karena itu, pendidikan berbahasa Jawa yang baik dan benar perlu ditanamkan sejak dini supaya bahasa Jawa tetap terjaga kelestariannya dan karakteristik mayarakat suku Jawa yang dikenal berbudi luhur dan memiliki tata krama yang baik tetap terjaga.

Bahasa Jawa Sebagai Sumber Pendidikan Karakter
 Pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan budi pekerti dengan cara menanamkan nilai-nilai moral. Nilai moral merupakan nilai tertinggi yang berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggungjawab, hati nurani, dan bersifat format. Nilai dapat diungkap bukan dengan pikiran melainkan dengan perasaan. Perasaan di sini tidak dibatasi pada perasaan fisik atau emosi, melainkan mirip dengan paham rasa dalam budaya jawa, sebagai keterbukaan hati dan budi dalam semua dimensi. Jika kita cerna lebih dalam, maka sangat berkaitan antara penaaman nilai-nilai moral dalam diri manusia dengan kebudayaan jawa. Seperti yang telah kita ketahui didalam kebudayaan Jawa terdapat nilai-nilai luhur yang diajarkan, seperti penggunaan bahasa yang memperhatikan dengan siapa kita berbicara. Hal ini membuktikan bahwa kebudayaan Jawa sangat sejalan dengan upaya pendidikan karakter yang di dalamnya mengandung upaya penanaman nilai-nilai moral.
            Upaya penerapan bahasa Jawa sebagai pendidikan karakter perlu kita awali dari proses belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran berbahasa Jawa hendaknya tidak hanya bersifat teori tetapi bisa diterapkan dengan praktik. Para siswa seharusnya diajak terjun langsung dan merasakan praktik dalam kebudayaan Jawa, misalnya dengan berbahasa Jawa langsung, menulis Jawa, praktik tari-tarian Jawa, kethoprak, dan kebudayaan Jawa lainnya. Dengan mempraktikannya diharapkan para siswa dapat merasakan langsung nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
 Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa, hendaknya dapat berlangsung secara bermakna, sehingga akan terjadi internalisasi nilai-nilai dalam diri siswa. Pengembangkan kultur sekolah dapat dilakukan dengan cara memberi keteladanan secara langsung sesuai dengan nilai-nilai kultural bahasa dan sastra Jawa. Melalui pembelajaran bahasa dan sastra Jawa dapat ditanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur sebagai realisasi dari pendidikan karakter.
Penggunaan bahasa asing atau bahasa pergaulan sebagai sumber bahasa boleh saja dilakukan. Tetapi alangkah lebih baik penggunaan bahasa asing atau bahasa pergaualan itu sifatnya hanya memperkaya pengetahuan bahasa. Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu harusya lebih kita utamakan. Penerapannya bahasa Jawa bisa kita gunakan di lingkungan keluarga atau masyarakat Jawa. Bahasa Indonesia bisa kita gunakan ketika berkonunikasi dengan masyarakat luas di Indonesia yang berbeda bahasa daerahnya. Bahasa Inggris bisa kita gunakan ketika bekomunikasi dengan orang di luar Indonesia. Kita seharusnya bangga dan melestarikan bahasa daerah sebagai salah satu kekayaan dan karakteristik bangsa Indonesia yang dikenal berbudi luhur dan memiliki tata krama yang baik agar tetap terjaga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Islam dan Gender (SIG) KOPRI Feminea PMII Rayon Aufklarung

Peranan Mahasiswa: Diam dan semakin ditindas, atau bergerak untuk perubahan

Puisi "Sekelumit Senyum Kala Itu"