Mahalnya ketoprak di tanah kelahiran

MAHALNYA KETHOPRAK DI TANAH KELAHIRANNYA
Penulis : Dwi Kristanto
Email : dwikristan11@gmail.com
 
Bangsa Indonesia sejak awal kelahirannya terbentuk dari berbagai jenis budaya. Budaya selain menjadi salah satu dari kekayaan bangsa juga berfungsi menjadi penumbuh jiwa nasionalisme. Budaya diharapkan selalu menjadi pupuk untuk membangun rasa cinta tanah air. Jiwa nasionalisme yang timbul dari rakyat indonesia menjadi sebuah awal terbentuknya semangat internasonalisme sebagai wujud persaudaraan antar bangsa berdasar pada nilai-nilai kemanusiaan. Seluruh komponen bangsa termasuk pemerintah dan rakyatnya harus memiliki rasa cinta tanah air sebagai penerapan dari nilai kebangsaan.
Sebagai salah satu ragam budaya yang ada di Indonesia, kesenian kethoprak merupakan salah satu kesenian yang sangat mendidik ilmu pengetahuan. Sejak mengalami masa kejayaannya pada abad ke-19, perkembangan kethoprak dari waktu kewaktu mengalami penurunan setidaknya sampai saat ini. Kethoprak pada zaman sekarang cenderung menjadi tontonan yang ‘mahal’. Dalam artian kesenian kethoprak pada zaman sekarang cenderung langka untuk ditemui. Jika kita melihat sejarahnya, kethoprak merupakan sebuah kesenian yang merakyat dan hampir selau dipentaskan karena menjadi media penghibur masyarakat. Generasi muda yang diharapkan untuk melestarikan kesenian kethoprak justru terpengaruh oleh budaya asing yang seakan tidak terbendung lagi. Apakah pada akhirnya kita akan menjadi sulit menyaksikan kesenian yang lahir di tanah kita sendiri?

Kethoprak
            Kethoprak diawali dari sebuah permainan kaum pria masyarakat Jawa. Pada awalnya, pertunjukan kethoprak digunakan sebagai media penghibur yang diiringi pukulan lesung sebagai media pengiringnya. Waktu pertunjukan kethoprak pada zaman dahulu biasanya dilaksanakan pada bulan purnama. Karena dalam pertunjukannya menggunakan media lesung sebagai media pengiringnya, maka kira-kira pada tahun 1887 disebut dengan kethoprak lesung. Pada tahun 1909 mulai diadakan pagelaran kethoprak dengan lengkap baik dari segi sarananya maupun pengiringnya. Pada perkembangannya kesenian kethoprak mulai dibuka untuk umum yaitu kethoprak wreksotomo yang dibawakan oleh Ki Wisangkoro. Kethoprak wreksotomo  dalam pertunjukannya semua pemeran  adalah laki-laki. Setelah itu, kesenian kethoprak mulai berkembang sangat pesat khususnya di wilayah Yogyakarta.  Saat pertunjukan berlangsung sarana yang digunakan semakin lengkap dan media pengiring yang dipakai sudah menggunakan media gamelan.
Pertunjukan kethoprak dibagi beberapa jenis sesuai jengan waktu perkembangannya. Kothekan lesung merupakan wujud awal terbentuknya kesenian kethoprak. Kethoprak lesung wiwitan merupakan wujud perkembangan dari kothekan lesung. Isi dari ceritanya mengangkat cerita kehidupan para petani. Kethoprak lesung merupakan tahap perkembangan selanjutnya, yang mewujudkan pagelaran yang lengkap dan mengangkat cerita rakyat  yang diiringi gamelan seperti kendhang, seruling, terbang, dan lesung. Kethoprak lesung ini menjadi wujud awal lahirnya pagelaran kethoprak.
            Kethoprak gamelan merupakan wujud perkembangan selanjutnya dari kethoprak lesung. Pertunjukan kethoprak gamelan ini dilengkapi dengan cerita panji dan gaya berpakaian para pemainnya mengikuti gaya berpakaian model Timur Tengah. Kethoprak gamelan pendopo merupakan wujud perkembangan kesenian kethoprak selanjutnya. Isi dari ceritanya mengangkat cerita babad. Pertunjukannya ada di panggung tetapi tidak beratap. Kethoprak panggung merupakan wujud perkembangan kesenian kethoprak yang terakhir. Kethoprak panggung dipentaskan di atas panggung dengan menggunakan cerita yang bermacam-macam yang berwujud cerita rakyat, sejarah, babad, dan mengadopsi cerita dari mancanegara.
            Sebagai salah satu budaya di bidang seni pertunjukan atau seni teater, kethoprak merupakan salah satu media manusia untuk mengungkapkan ekspresi. Pertunjukan kethoprak  mengangkat berbagai cerita yang ada di lingkungan sekitar.  Ceritanya bisa dipetik nilai-nilai luhur yang dapat bermanfaat bagi kehidupan.  Mencintai kesenian kethoprak berarti kita turut melestarikan salah satu ragam budaya bangsa. Selain itu juga bisa menumbuhkan rasa nasionalisme karena dengan kebudayaan tradisional merupakan suatu identitas yang dimiliki oleh suatu bangsa. Tetapi jika kita melihat perkembangan kethoprak dari waktu kewaktu cenderung menurun. Sebagai salah satu media penghibur masyarakat, kethoprak sekarang cenderung menjadi tontonan yang mahal. Dalam artian keberadaan kesenian kethoprak pada zaman sekarang cenderung langka untuk ditemui. Padahal pada zaman dahulu kesenian kethoprak sangat sering dipentaskan karena menjadi sarana penghibur masyarakat. Menurunnya perkembangan kethoprak tentunya disebabkan oleh beberapa faktor yang tentunya perlu kia teliti lebih lanjut.
 
Penyebab Menurunnya Perkembangan Kethoprak
            Sebagai efek dari globalisasi, masuknya budaya asing ke Indonesia seakan tidak dapat terhindarkan lagi. Masuknya budaya asing secara tidak langsung dapat mengancam eksistensi kebudayaan daerah sebagai sebagai aset kekayaan bangsa. Pada dasarnya, jika masyarakat di Indonesia khususnya remaja mau lebih mencintai dan mempelajari kebudayaan daerah maka masuknya budaya asing ke Indonesia tidak akan begitu mengancam eksistensi kebudayaan daerah. Tetapi faktanya, masyarakat khususnya remaja justru lebih mencintai budaya asing dibanding budaya daerah. Misalnya saja, para remaja zaman sekarang para remaja lebih suka menonton drama Korea dibanding menyaksikan pertunjukan kethoprak sebagai salah satu ragam budaya nasional yang lebih memiliki nilai-nilai luhur. Pada zaman sekarang masyarakat khususnya remaja cenderung merasa malu mempelajari kebudayaan daerah karena dianggap kuno dan lebih memilih kebudayaan asing yang dianggap lebih modern.
Kesenian kethoprak tidak dapat dipisahkan dari unsur bahasa. Karena bahasa merupakan media berkomunikasi dalam penampilan kethoprak. Pagelaran kethoprak menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Jawa. Bukan menjadi rahasia umum lagi jika di dalam bahasa Jawa terdapat tingkatan bahasa. Bahasa Jawa dibagi menjadi tiga tingkatan bahasa yaitu ngoko (kasar), kromo madya (biasa),dan kromo inggil (halus).  Tingkatan bahasa ini, pengunaannya berbeda-beda sesuai dengan lawan yang diajak berbicara. Bahasa Jawa ‘ngoko’ dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya atau orang yang lebih muda. ‘Kromo Madya’ digunakan untuk berbicara dengan orang yang cukup resmi. ‘Kromo Inggil’ digunakan untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua.  Bahasa Jawa mencerminkan adanya norma-norma susila, tata krama, menghargai orang yang lebih muda dan menghargai orang yang lebih tua. Jika kita melihat perkembangan bahasa Jawa saat ini cenderung memudar. Masyarakat khususnya remaja justru lebih memilih bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Berbagai alasan mulai ditemui di masyarakat mulai dari merasa malu menggunakan bahasa Jawa karena dianggap kuno sampai bahasa Jawa yang susah dipelajari. Seiring memudarnya penggunaan bahasa Jawa secara tidak langsung menghambat perkembangan kesenian kethoprak karena keduanya saling berkaitan.
Proses pembelajaran tentang kebudayaan di sekolah terbilang minim. Jumlah jam mata pelajaran seni budaya di sekolah hanya dua jam. Padahal materi muatan seni budaya sama seperti pelajaran lainnya. Konsep pembelajaran seni budaya di sekolah saat ini cenderung kurang menarik perhatian siswa untuk lebih mempelajari kebudayaan daerah seperti kethoprak. Pembelajaran di sekolah saat ini hanya menerapkan sistem teori tanpa melaksanakan praktik. Padahal dengan mempraktikan para siswa diajak mengenal lebih dalam tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam kebudayaan itu sendiri. Pertunjukan kethoprak selalu menyampaikan nilai-nilai moral kehidupan yang sangat berguna dalam pembentukan karakter seseorang. Selain itu, di sekolah seharusnya juga menerapkan peraturan pementasan budaya dalam waktu tertentu untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya daerah.
 
Dampak Menurunnya Perkembanagan Kethoprak
            Seperti yang telah kita ketahui, budaya merupakan jati diri atau ciri khas suatu bangsa. Menurunnya perkembangan kethoprak berdampak sangat signifikan karena bangsa Indonesia akan berpotensi kehilangan salah satu jati diri yang menjadi ciri khas bangsa. Selain itu juga akan membuat harga diri bangsa Indonesia lebih rendah di mata negara lain karena dianggap tidak bisa melestarikan kebudayaannya sendiri. Sebagai contoh ketika Malaysia berani mengakui salah satu kebudayaan Indonesia. Itu semua merupakan efek dari kurangnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap kebudayaannya sendiri. Selain itu Indonesia juga akan dikuasai oleh budaya dari luar yang jika dilihat tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan budaya bangsa Indonesia mulai terlupakan.
            Nasionalisme dapat diartikan sebagai rasa cinta terhadap tanah air. Dengan semangat nasionalisme diharapkan rakyat lebih mencintai bangsa Indonesia. Sebagai salah satu dari kebudayaan nasional, menurunnya perkembangan kethoprak juga mempengaruhi tingkat nasionalisme rakyat terhadap bangsa Indonesia. Mencintai kebudayaan daerah sebenarnya kita turut menumbuhkan rasa nasionalisme, jika  kita kurang mencintai kebudayaan daerah berati kita telah menurunkan rasa cinta terhadap tanah air.
            Karakter merupakan nilai-nilai moral yang ada di dalam diri manusia. Nilai moral adalah nilai tertinggi yang berkaitan dengan kepribadian manusia yang bertanggungjawab dan memiliki hati nurani. Nilai dapat diungkap bukan dengan pikiran melainkan dengan perasaan. Pertunjukan kethoprak selalu mengangkat sebuah cerita yang mengandung nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral tersebut berguna untuk memerbaiki karakter seseorang. Jika perkembangan kethoprak menurun dan semakin jarang untuk dipentaskan, maka kita tidak dapat mengambil nilai-nilai moral yang ditampilkan dalam kesenian kethoprak.
Pagelaran kethoprak selalu berkaitan dengan unsur-unsur pendukungnya salah satunya adalah gamelan sebagai media pengiringnya. Oleh karena itu, hal tersebut  akan berdampak pada eksistensi penggunaan alat musik tradisional gamelan diantaranya kendhang, gong, saron, gambang, seruling, dan lain-lain yang juga menjadi salah satu unsur kebudayaan nasional. Tidak jarang para remaja pada zaman sekarang justru lebih menyukai alat musik modern seperti gitar, piano, drum, dan lain-lain. Dampak penurunan perkembangan kethoprak juga dapat memengaruhi eksistensi unsur kebudayaan lainnya karena semua itu saling berhubungan
 
Langkah Pelestarian Kethoprak
            Pementasan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pelestarian kethoprak. Pementasan merupakan suatu kegiatan apresiasi yang bertujuan untuk menampilkan suatu karya seni. Kegiatan pementasan bisa digunakan menjadi ruang untuk menggali kreativitas para seniman untuk berkarya. Pementasan kethoprak seharusnya dibuat semenarik mungkin sehingga dapat menarik perhatian masyarakat untuk memelajarinya. Tidak lupa di dalam pementasan juga harus memberikan nilai-nilai moral kehidupan sehingga selain mendapat hiburan ketika menonton, masyarakat juga mendapatkan pelajaran hidup yang bermanfaat.
            Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan bisa melestarikan kebudayaan kethoprak. Sehingga mengajarkan kepada anak untuk lebih mengenal kebudayaan sejak dini merupakan langkah yang tepat. Dengan mengenalkan budaya sejak dini kepada anak akan menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya kebudayaan bagi suatu bangsa. Pengenalan budaya sejak dini akan memberikan pelajaran edukasi kepada anak tentang keberagaman budaya yang harus dihargai sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya bisa diteruskan ke generasi selanjutnya. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mengajari anak tentang kebudayaan diantaranya melaui buku yang bisa berupa cerita rakyat nusantara. Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk menonton secara langsung kesenian kethoprak. Kesenian kethoprak harus dikemas sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak tertarik untuk mempelajarinya.
Upaya pelestarian kesenian kethoprak bisa juga ditempuh dari proses belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran seni budaya hendaknya tidak hanya bersifat teori tetapi bisa diterapkan dengan praktik. Para siswa seharusnya diajak terjun langsung dan merasakan praktik dalam kebudayaan Jawa salah satunya kesenian kethoprak. Saat mempraktikannya diharapkan para siswa dapat merasakan langsung nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembelajaran seni budaya hendaknya dapat berlangsung secara bermakna, sehingga akan terjadi internalisasi nilai-nilai dalam diri siswa. Pengembangan kultur sekolah dapat dilakukan dengan cara memberi keteladanan secara langsung sesuai dengan nilai-nilai kultural budaya. Pembelajaran seni budaya juga dapat ditanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur.
 
Harapan Terhadap Kesenian Kethoprak
            Pada era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi semakin maju dan canggih. Teknologi yang berkembang secara pesat mampu memengaruhi dalam segala hal. Tontonan dan tuntunan merupakan dua hal yang sangat berbeda. Namun sekarang ini kedua hal itu cenderung diartikan salah dalam berbagai hal baik dalam penafsirannya maupun tindakannya. Hal tersebut juga dapat memengaruhi dalam setiap hal yang dipertontonkan di muka umum. Sebagai salah satu ragam kebudayaan seni pertunjukan di Indonesia, kesenian kethoprak diharapkan mampu menjadi sebuah tuntunan yang mendidik para penontonnya. Kethoprak harus lebih menekankan nilai-nilai moral dan fungsi edukatif yang sekarang ini semakin tenggelam dalam era perkembangan teknologi.
            Berbagai tontonan yang memperlihatkan kekerasan fisik maupun psikis yang sering kita lihat dalam budaya asing hendaknya dikurangi karena itu akan memengaruhi pola pikir seseorang. Jika semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan maka tidak ada artinya lagi nilai kebaikan yang memang menjadi kepribadian bangsa Indonesia. Berbagai tontonan yang ada negara ini hendaknya menjadi sebuah tuntunan yang baik bagi masyarakat. Dengan begitu tentu akan mempertahankan pola pikir anak bangsa bahkan memperbaiki moral melalui tontonan yang edukatif.
Mempelajari budaya asing  sebagai penambah pengetahuan boleh saja dilakukan. Tetapi alangkah lebih baik penerapan budaya asing itu sifatnya hanya memperkaya pengetahuan budaya. Selain itu kita juga harus bisa memilah dan memilih budaya asing. Bukan berarti dengan masuknya berbagai budaya asing di Indonesia, kita boleh mempelajari semua. Karena tidak semua budaya asing sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Kethoprak sebagai budaya bangsa Indonesia harusnya lebih kita utamakan karena budaya merupakan suatu identitas bangsa yang harus terjaga kelestariannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Islam dan Gender (SIG) KOPRI Feminea PMII Rayon Aufklarung

Peranan Mahasiswa: Diam dan semakin ditindas, atau bergerak untuk perubahan

Puisi "Sekelumit Senyum Kala Itu"