PELABUHAN KARTINI
Oleh : Fiqi Hadiwibowo
Panggil Aku Kartini Saja, sebuah karya Pramoedya Ananta Toer dengan berbagai banyak cerita yang tersirat dan makna terdalam menyingkap kartini. Kartini selalu muncul dalam perayaan 21 april yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno sebagai Hari Kartini. Kartini oh Kartini, harum semerbak namamu sampai sekarang masih kami kenang sebagai tokoh emansipasi wanita negeri ini. Dua puluh lima tahun waktu yang singkat engkau menemani perjalanan bangsa ini lewat surat – surat yang engkau kirim kepada sahabat jauhmu itu. Akan tetapi, kau ditakdirkan untuk menunjukkan betapa sosok yang dikekang dengan budaya dan berbagai keterikatan sosial lainnya, mampu mempunyai daya pikir jauh melampaui zamanmu. Kau selalu menjadi nama pertama ditengah deretan pahlawan nasional wanita disamping Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia sebagai tokoh inspiratif untuk wanita di setiap zamannya.
Kartini sebagai lentera dan petunjuk jalan dalam kegelapan. Kartini menjadi jiwa bukan hanya sekedar nama. Kartini menjadi kekuatan, keluasan dan kecerdasan dalam kehidupan. Karena Kartini membuktikan dengan sangat sedikit bantuan, sangat kurang kebebasan dia bisa keluar dari sangkar yang membelenggunya demi peradaban di masa depan. Kartini oh Kartini, terimakasih bukan hanya sekedar kata ungkapan seperti biasa. Terimakasih dan ucapan selamat Hari Kartini setiap perayaannya adalah sebuah komitmen kami untuk bisa berjuang membebaskan dan mencerdaskan lingkungan kami. Karena kartini menjadi giroh yang menyatu dan mengalir dalam urat nadi kami.
Kartini oh Kartini, begitu santainya kau dalam kuburmu sambil tersenyum melihat pejuang – pejuang penerusmu bertaburan memperjuangkan sesama. Tidak hanya hak keperempuanannya tetapi juga hak – hak kemanusiaan, kerakyatan, dan lingkungannya. Sebut saja Marsinah dan Yu Patmi mengorbankan raganya untuk bisa berjuang dalam membela hak – hak masyarakatnya. Jiwa kartini akan muncul disetiap peradaban dengan cara dan perjuangannya masing –masing. Hati kartini akan menjadi petunjuk jalan dengan ketulusan mengarahkan menuju garis pembebasan. Karena perempuan tidak hanya bisa manak, masak, dan macak . Perempuan bagian dari peradaban dan bukan hanya sebagai pengisi dan penikmat alur peradaban, namun menjadi generator di setiap masanya.
Perjuangan seorang perempuan dari sebuah gelimang kekuasaan seorang anak Bupati Rembang dan keterikatan lingkup sosial, tidak serta merta menundukkan rasa juang dalam melawan ketidak adilan. Akses dalam belajar dan berteman sangat dijaga bahkan komunikasi yang bisa dilakukan hanya sepucuk surat untuk saling berbalas dengan Estelle Zeehandelaar sahabat belandanya pada waktu itu. Perjuangan Kartini tidak pernah mengenal zaman, tidak juga hanya untuk masa lampau. Perjuangan pembebasan hanya butuh keberanian dan keutuhan tekad untuk saling menguatkan. Di masa yang lebih banyak akses untuk bisa lebih berkembang setidaknya kita mulai menelaah bagaimana peran dan fungsi kita dalam kemasyarakatan.
Betapa visioner sosok feminism dari negeri kita ini. Beliau lahir ditahun 1879 namun dengan berbagai konstruk lingkungannya dia bisa membuat komunitas tidak hanya untuk kesadaran pribadinya. Keterbatasan lingkungannya juga tidak bisa membelenggu jiwa sosialnya, melihat keprihatinan yang terjadi waktu itu. Membayangkan sosoknya saja seharusnya bisa membentuk paradigma perubahan sosial yang bisa kita perjuangkan melalui cara kita masing – masing. Tidak hanya perihal feminisme, kesenjangan sosial diantara kita masih terlihat dan bahkan tidak banyak yang menyentuhnya. Untuk itu, pergerakan kita dan langkah nyata dalam lingkungan yang ada disekitar kita juga pastinya harus nampak dan berdampak.
Tampaknya sudah mulai terurai dengan berbagai alasan ketika kita memenuhi sosial media kita dengan ucapan ”Selamat Hari Kartini” sudah selayaknya kita menjiwai berbagai perjuangan yang dilakukan oleh Raden Ayu Kartini. Menjadi sosok pembebasan, inisiator, visioner dan tidak kekang hanya dengan kesulitan – kesulitan perjuangan. Pejuang dengan sejarah yang diingat dalam setiap perlawanan seharusnya bisa menjadi teladan dan panutan untuk kita dan generasi kedepan. Menumbuhkan Kartini – Kartini baru dengan wajah berbeda namun getaran jiwanya masih mengilhami ibu kita Kartini.
Kartini bak sekuntum mawar merah didepan halaman, begitu wangi dan indah dipandang. Namun ingat bahwa mawar juga punya duri untuk mengingatkan, jikalau memetik sembarangan akan menyakitkan. Kartini boleh kita sebut dari setiap perayaan, demi menguatkan dan mengilhami segala peninggalannya. Namun jangan sampai Kartini hanya semboyan, disanjung dan dibesarkan tanpa refleksi yang mendalam. Kartini menjadi kata kerja dan kata sifat, tidak stagnan dalam sebuah nama. Jiwa Kartini masih mencari pejuang – pejuang milenial untuk membebaskan dari kegelapan menuju lentera yang benderang.
Rabu, 21 April 2021
Editor : Tim Manifesto
Terlalu keren beut
BalasHapus