Ibu: Sosok Pahlawan dalam Rumah

Stereotip mengenai perempuan yang berkembang di masyarakat pada umumnya hanya mengenai tiga hal: dapur, sumur, kasur. Padahal perempuan bisa melakukan hal yang lebih dari itu, kesempatan yang luas untuk berkembang dan memberi dampak besar bagi sekitarnya. Tetapi stereotip yang sudah sangat melekat menjadikan perempuan mau tidak mau harus menerima dan menjalani kehidupan yang kata orang “sudah menjadi kodrat perempuan”, yakni menjadi ibu rumah tangga, meskipun tak sedikit juga ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah.

Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah, karena ibu bukan hanya sebuah kata panggilan untuk seorang wanita yang telah melahirkan kita, melainkan kata ibu mengandung makna yang sangat dalam di baliknya. Ungkapan yang menyatakan bahwa tidak semua perempuan bisa menjadi ibu memang benar adanya, bahkan beberapa perempuan memilih untuk tidak memiliki anak dan tidak ingin untuk menjadi seorang ibu.

Ibu sejatinya adalah makhluk yang kuat karena dapat memikul tanggung jawab yang berat. Tidak seperti bapak yang tanggung jawab utamanya hanya menafkahi keluarga, tanggung jawab seorang ibu tidak berhenti pada mengurus dan mendidik anak. Ibu juga memiliki tanggung jawab untuk mengurus suaminya, membersihkan rumah agar nyaman dihuni, memastikan anggota keluarganya makan dengan layak, mengatur keuangan keluarga agar semua tercukupi, dan kegiatan lainnya yang masyarakat sandangkan kepada seorang istri/ibu.

Pendapat di atas bukan berasal dari pemikiran pribadi, melainkan berasal dari tuntutan masyarakat terhadap peran perempuan dalam rumah tangga. Stigma yang menyatakan bahwa kodrat seorang perempuan adalah di rumah dan mengurus anak menjadikan beban seorang ibu bertambah, terutama untuk wanita pekerja. Menjadikan ibu rumah tangga sebagai standar seorang ibu dan istri yang baik, membuat para wanita pekerja memiliki citra yang kurang baik di mata masyarakat. Padahal, pada dasarnya tidak ada standar yang mutlak untuk seorang ibu yang baik. 

Entah seorang ibu itu bekerja di luar rumah atau hanya menjadi ibu rumah tangga, keduanya memiliki kedudukan yang sama, yakni menjadi ‘ibu’. Sosok yang rela bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan dan keperluan untuk anak dan suaminya di pagi hari. Sosok yang meskipun di sore hari kelelahan karena seharian bekerja, tetapi tetap menyempatkan waktu untuk memasak agar keluarganya tidak kelaparan. Sosok yang meskipun sangat ingin segera beristirahat di malam hari, tetapi lebih mementingkan anaknya yang masih ingin ditemani bermain. Dengan begitu, sudah sepatutnya gelar ‘Pahlawan dalam Rumah’ disematkan kepada para ibu di dunia ini.


Penulis : pockycookies

Editor : Tim Manifesto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Islam dan Gender (SIG) KOPRI Feminea PMII Rayon Aufklarung

Peranan Mahasiswa: Diam dan semakin ditindas, atau bergerak untuk perubahan

Puisi "Sekelumit Senyum Kala Itu"