PMII SEBAGAI SENTRAL DAN SIMPUL JARINGAN INTELEKTUAL MUDA ISLAM DI INDONESIA

PMII SEBAGAI SENTRAL DAN SIMPUL JARINGAN INTELEKTUAL MUDA ISLAM DI INDONESIA


Semua manusia adalah intelektual, namun tidak semua manusia menjalankan fungsi intelektualnya dalam masyarakat. ~Antonio Gramsci (1891-1937)~

     Sebagai mahasiswa, seringkali mendapatkan julukan sebagai ¬agent of change atau agen perubahan. Sebagai agen perubahan tentunya mahasiswa harus punya kesadaran jiwa, rasa peduli, dan kepekaan yang tinggi,serta imajinasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Perubahan kearah positif yang memberikan manfaat tidak hanya pada diri sendiri akan tetapi kepada seluruh elemen masyarakat. Mahasiswa dikenal sebagai insan yang mempunyai cara berpikir yang kritis, berani, dan spirit yang besar untuk berkontribusi untuk sebuah perubahan.

    Mahasiswa sebagai Agent of Change yang dituntut untuk selalu siap dalam menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan zaman yang tidak menentu sehingga menimbulkan pergeseran dan problematika di lingkungan masyarakat. Mahasiswa seringkali dianggap sebagai jembatan nurani dan aspirasi masyarakat . mahasiswa bisa mengembangkan bakatnya untuk mencapai cita-cita dan harapan masyarakat seperti ikut terjun ke dalam organisasi pergerakan seperti halnya PMII. Sejak tahun 1960 sampai saat ini, PMII terus tumbuh menjadi organisasi yang menghasilkan kader secara terus-menerus. Dengann berlandaskan Islam Ahlisunnah wal jamaah sebagai landasan teologinya, PMII harus mampu beradaptasi ditengah perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju.

    Tanggung jawab sebagai kader PMII dalam membangun kesadaran intelektual dari masa ke masa sangatlah besar. Wilayah pengembangan intelektual dalam PMII berfokus pada tema-tema pokok disekitar liberasi, pluralisme, civil society, dan membongkar terhadap ideologi dan doktrin ideologi yang membuat masyarakat bisu untuk memintahak hidup dan berfikir. Tokoh seperti Jamaluddin al-afghani, MuhammadAbduh, Rasyid Rida, Yusuf al-Qordhlowi sebagai landasan utama keagamaan, dilawan dengan pemikiran-pemiiran liberasi penuh pembebasan.

   Selama proses intelektualitas PMII, dapat dibuktikan bahwa PMII adalah sentral dan simpul jaringan intelektual di internal kalangan intelek muda islam. Hal ini juga menunjukkan bahwa PMII sangat sadar bahwa geraan yang paling nyatadan efektif adalah pada ranah intelektual yang melahirkan pengembangan da pengabdian masyarakat. Ciri dari gerakan intelektual PMII adalah intelektual tranformatif yang memiliki tanggung jawab untuk menjadikan kampus sebagai tempat untuk menginternalisasi kesadaran akann pentingnya pengetahuan dalam benak mahasiswa. Kader PMII yang berintelektual diharapkan mempunyai fungsi “intelektual organik” yaitu sosok intelektual yang selalu peka terhadap problematika sosial yang ada, dan sebisa mungkin mentransformasikan kondisi sosial ke arah yang lebih baik.

   Di PMII tidak hanya dalam ranah pengembangan intelektual saja, akan tetapi melestarikan tradisi keagamaan Islam di Indonesia seperti tahlilan, dibaiyah, barzanji, maulid nabi, ziarah kubur dan sebagainya. Dari berbagai bentuk pengembangan intelektual dan melestarikan tradisi keagamaan di Indonesia, di harapkan mampu memproduksi warga PMII yang berintelektual, yang peka akan keresahan dan permasalahan yang terjadi dilingkungan berbangsa dan bernegara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peranan Mahasiswa: Diam dan semakin ditindas, atau bergerak untuk perubahan

Puisi "Sekelumit Senyum Kala Itu"

Sekolah Islam dan Gender (SIG) KOPRI Feminea PMII Rayon Aufklarung